Skip to main content

Melayani Selama Sisa Hidup

Sudah lama sekali saya tidak mengrus blog ini. Jika diibaratkan rumah, blog ini pasti sudah banyak banget debu dan sarang laba-labanya, saya selaku pemilik "rumah" harus bertanggung jawab untuk "menghidupkan" rumah ini. Hahaha. Sekarang, saya ingin membagikan suatu hal yang selalu terbayang-bayang beberapa waktu ini.

Tahun lalu, saya dan kawan-kawan "terpeleset" untuk mengikuti sebuah paduan suara gabungan. Kenapa saya bilang "terpeleset"? Karena sebenarnya sebagian besar dari kami awalnya enggan untuk mengikutinya, namun oleh satu dan banyak hal, kami secara tidak sengaja masuk paduan suara gabungan ini. Supaya bisa mendapat gambarannya, saya jelaskan dulu ya ini paduan suara seperti apa. 

Paduan suara gabungan ini cukup besar karena terdiri dari anggota paduan suara di beberapa gereja, ditambah dengan paduan suara salah satu universitas swasta terkemuka di kawasan Tangerang. Kalo dijumlahkan, total paduan suara gabungan ini kurang kebih seratus orang-an. Banyak juga kan? Saya waktu tau jumlahnya segitu pun saya kaget sendiri. Ternyata banyak banget dan ini juga merupakan pengalaman pertama saya berada di paduan suara dengan anggota lebih dari 50 orang. 

Source: gospelepistle.com
Singkat cerita, kami semua berlatih beberapa bulan untuk tampil dalam acara wisuda sebuah sekolah teologia di Jakarta. Kami membawakan dua buah lagu "We Will Serve Him" dan "Jesus is My Song of Grace". Ya, dari judulnya aja juga kita pasti bisa menebak ya inti dari kedua lagu tersebut. Namun, ada salah satu dari lagu tersebut yang benar-benar membuat saya kepikiran terus sampai sekarang. Lagu itu adalah We Will Serve Him. Mungkin buat sebagian orang, lagu itu cuman lagu biasa, namun untuk saya lagu ini merupakan suatu lagu yang memiliki kekuatan tersendiri, terutama buat orang-orang yang secara khusus dipanggil oleh Tuhan untuk melayani Dia secara penuh waktu. Inti dari lagu ini adalah tentang melayani Tuhan seumur hidup.

Mari kita bedah lirik lagu ini.

Lirik lagu "We Will Serve Him" berbunyi demikian:

Here in the presence of the Lord,
Here in this holy place,
Giving Him thanks for all He does,
Quietly seeking His face.
So many time we've seen His hand,
Guiding each step pf the way.
God put us here to make a stand,
To serve Him every day.

Ch:
We will serve Him for the rest of our days,
We will serve Him for the highest of praise.
We'll be His witness, no matter the cost.
We'll be His beacon, His light to the lost.
We'll serve the Lord our God.
For the rest of our days.

He is the light at break of down.
He is the one true way.
He is our strength when hope is gone,
He shepherds us when we stray.

God gave to us His only son,
The selfless sacrifice.
How can we pay for all He's done,
When Jesus paid the price?

(back to ch)


Mari kita lihat bagian reff-nya yang kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara plek-plekan, kira kira demilikan artinya:

Kami akan melayani Dia untuk sisa hari-hari kami,
Kami akan melayani Dia untuk kemulian tertinggi.
Kami akan menjadi saksi-Nya, apapun harganya.
Kami akan menjadi mercusuar-Nya, terang-Nya untuk yang hilang.
Kami akan melayani Tuhan Allah kami.
Untuk sisa hari-hari kami.

Nah, disinilah letak kedalaman lagu ini. Ya, tentu saja maksud dari sisa hari-hari kami itu adalah sisa hidup kita (seumur hidup, hingga kita bertemu muka dengan Allah). Lagu ini seolah menjadi komitmen kita untuk taat dan setia melayani Tuhan selama sisa hidup kita. Lagu ini juga mengingatkan kita sebagai umat pilihan Allah untuk selalu menjadi saksi Tuhan di tengah dunia yang sulit ini. Lagu ini juga mengingatkan kita untuk selalu menjadi terang Tuhan di tengah gelapnya dunia.

Pada dasarnya, setiap orang percaya pasti memiliki panggilannya masing-masing, sebagian orang dipanggil untuk menjadi pengusaha, sebagian lagi dipanggil untuk menjadi arsitek, sebagian lagi dipanggil untuk menjadi dokter, dan sebagainya. Namun, Tuhan juga memilih secara khusus segelintir orang untuk melayani-Nya sepenuh waktu. Kemana pun Tuhan memanggil kita, intinya tetap sama kok, yakni bagaimana hidup kita tetap dapat menjadi garam dan terang serta bersaksi untuk kemuliaan Tuhan? Bagaimana kita bisa taat dan setia hingga akhir hidupterhadap panggilan tersebut?
Source: www.doulospusat.org

Comments

Popular posts from this blog

Introduction

My full name is Esther Karolina. But you can called me Cipoett. I like simple stuff and hate complicated examination. I started writing blog since today.      So this is my blog.      No offens.      No protracted.      I'll write all I want.      So let it flow like the water. Have fun with my blog. Enjoy :) -Cipoett-

Keselamatan dan Pertobatan

Beberapa waktu lalu saya mengikuti kelas pelayanan anak dan pada hari itu kami membahas tentang penginjilan pada anak. Dalam kelas ini, saya dan teman-teman belajar salah satu teknik penginjilan anak, yakni menggunakan buku tanpa kata. Buku ini unik sekali, tanpa kata, tanpa gambar, hanya warna. Namun, yang menjadi daya tariknya adalah tiap warna buku ini memiliki cerita yang membawa anak dapat mengenal lebih dalam mengenai Kristus sebagai satu-satunya pribadi yang dapat menyelamatkan. Melihat hal ini, saya pun menjadi tertarik untuk menceritakan salah satu momen penting dalam hidup saya, yaitu momen di mana saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Source: churchleaders.com Sesungguhnya saya tak begitu ingat pasti kapan pertama kali menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Seingat saya, dulu waktu di Sekolah Minggu pernah mengikuti sebuah acara dan dalam acara tersebut, terdapat calling . Pembicara menantang semua anak yang mengikuti acara ter