Pelayanan
anak sangat identik dengan Sekolah minggu. Pelayanan anak pun kerap kali
dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai ajang dimana para orang tua
berlomba-lomba untuk menitipkan anak-anak mereka sementara mereka beribadah.
Hal tersebut diperburuk dengan langkanya tenaga pengajar yang benar-benar
berfokus kepada pelayanan anak yang sesuai dengan ajaran Kristus. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya orang yang menganggap sepele dan menganggap pelayanan
anak ini sebagai hal yang remeh temeh. Ada juga orang yang menganggap pelayanan
anak ini tidak penting. Banyak orang dewasa menganggap anak-anak tidak
memerlukan bahkan tidak memiliki kehidupan spiritual.
Source: https://www.christiethomaswriter.com/kids-ideas-blog/how-to-hear-from-god-listening-prayer-for-kids/
Begitupun
dengan orang tua, mereka kerap kali merasa tidak lagi “bertanggung jawab” atas
pendidikan spiritual anak-anak karena anak sudah mengikuti sekolah minggu.
Orang tua menganggap bahwa kebutuhan-kebutuhan spiritual anak sudah cukup
terpenuhi melalui pengajaran di sekolah minggu dan mereka tidak lagi
“bertanggung jawab” atas kehidupan spiritual anak. Menarik memang.
Saya dulu juga berpandangan hal yang sama. Namun, ketika saya mengikuti kelas pelayanan anak, semua pandangan itu berubah. Ternyata pendidikan spiritual anak dapat dibentuk melalui lingkungan terdekat mereka, salah satunya keluarga. Orang tua sebagai orang dewasa terdekat anak sangat berperan besar (bahkan lebih besar daripada sekolah minggu) dalam pertumbuhan iman anak. Orang tua berperan aktif dalam pembentukan karakter spiritual anak dengan cara melakukan pola-pola tertentu, misalnya berdoa sebelum makan dan melakukan gerakan berdoa (tutup mata dan lipat tangan), membacakan cerita Alkitab sebelum tidur, membaca Alkitab setiap hari, dan sebagainya. Pola-pola tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat ditiru oleh anak dan secara tidak langsung akan membentuk karakter spiritualitas anak. Jika orang tua melakukan kegiatan berdoa sebelum makan dengan mengajak anak juga, maka lama kelamaan berdoa ini akan menjadi sebuah pola yang tertanam dalam benak anak sehingga ketika ingin makan, maka anak akan berdoa (meski mereka belum tentu mengerti arti berdoa).
Saya dulu juga berpandangan hal yang sama. Namun, ketika saya mengikuti kelas pelayanan anak, semua pandangan itu berubah. Ternyata pendidikan spiritual anak dapat dibentuk melalui lingkungan terdekat mereka, salah satunya keluarga. Orang tua sebagai orang dewasa terdekat anak sangat berperan besar (bahkan lebih besar daripada sekolah minggu) dalam pertumbuhan iman anak. Orang tua berperan aktif dalam pembentukan karakter spiritual anak dengan cara melakukan pola-pola tertentu, misalnya berdoa sebelum makan dan melakukan gerakan berdoa (tutup mata dan lipat tangan), membacakan cerita Alkitab sebelum tidur, membaca Alkitab setiap hari, dan sebagainya. Pola-pola tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat ditiru oleh anak dan secara tidak langsung akan membentuk karakter spiritualitas anak. Jika orang tua melakukan kegiatan berdoa sebelum makan dengan mengajak anak juga, maka lama kelamaan berdoa ini akan menjadi sebuah pola yang tertanam dalam benak anak sehingga ketika ingin makan, maka anak akan berdoa (meski mereka belum tentu mengerti arti berdoa).
Oleh karena itu, saya rasa sangat penting bagi saya sebagai calon Hamba Tuhan untuk menyadari betapa pentingnya integrasi antara pendidikan spiritual anak di Sekolah Minggu dan di rumah. Pendidikan spiritual anak yang dilakukan tenaga pengajar di Sekolah Minggu dan orang tua sama pentingnya karena anak-anak cenderung menerima segala informasi melalui apa yang mereka lihat dan rasakan secara harafiah. Orang tua dapat membentuk pola-pola spiritual anak sehingga kehidupan spiritual anak semakin utuh.
Senang membaca tulisanmu, saya setuju bahwa seorang Hamba Tuhan di gereja perlu mengintegrasikan pendidikan spiritual anak di SM dan di rumah, kembangkan pemikiranmu itu hingga menjadi sebuah kurikulum terpadu dlm jemaat, “Ayo kita lanjutkan perbincangan di kelas spy kamu dapat melanjutkan tulisanmu di blog ini, good job Esther (dae)
ReplyDelete