Skip to main content

Mengenal Anak Melalui Perkembangan Kognitif

 
Source: https://www.jellytelly.com

Mungkin banyak dari kita yang sudah sering mengajar di Sekolah Minggu. Banyak juga yang mungkin sudah khatam dalam menceritakan berbagai cerita Alkitab kepada anak-anak. Akan tetapi, kerap kali kita menganggap semua anak dapat menerima cerita yang sama dengan aplikasi yang sama juga. Padahal, tidaklah demikian. Dalam bercerita, kita kerap kali mengesampingkan perkembangan kognitif. Padahal hal ini tidak kalah pentingnya dengan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Bagaimana mungkin kita dapat menyampaikan kebenaran secara tepat jika cara yang kita gunakan tidak sesuai dengan perkembangan kognitif anak? Bagaimana mungkin anak dapat melakukan kebenaran tersebut tanpa mengerti secara pas?

Berbicara mengenai perkembangan kognitif anak, terdapat beberapa tahapan berdasarkan usia. Tahapan pertama adalah anak berumur 0-2 tahun yang memiliki perkembangan kognitif sensori motorik. Anak dalam usia ini memiliki kecenderungan menerima informasi secara literal dan sesuai dengan apa yang dirasakannya. Biasanya stimulus yang dilakukan adalah melalui sentuhan, misalnya ketika kita berbicara mengenai permukaan batu yang kasar, maka kita harus membawa batu yang memiliki permukaan kasar atau sesuatu yang memiliki permukaan kasar dan membiarkan anak-anak menyentuh serta merasakannya. Tahapan berikutnya adalah anak dengan usia 2-7 tahun. Anak dengan rentang usia ini memiliki perkembangan kognitif praoperasional, dimana anak sudah dapat menerima informasi secara simbolik. Dalam menyampaikan cerita kepada anak di rentang usia ini, kita sudah dapat menggunakan alat peraga berupa gambar atau simbol-simbol tertentu. Anak sudah dapat menerima informasi melalui simbol-simbol atau gambar tertentu. Karakteristik yang paling menonjol pada anak diusia ini adalah sifat egosentris, yang mana mereka masih memiliki sifat mementingkan diri sendiri dan cenderung ingin memiliki. 

Tahapan ketiga adalah anak dengan rentang usia 7-11 tahun. Anak dalam rentang usia ini memiliki perkembangan kognitif operasi kongkrit yang membuat mereka sudah mampu berpikir lebih kompleks dan berlogika, tetapi masih bersifat hitam putih. Anak dalam rentang usia ini sudah mampu berpikir menggunakan nalar. Tahapan selanjutnya adalah anak dalam rentang usia 11-12 tahun. Anak dalam rentang usia ini memiliki perkembangan kognitif operasi formal, sehingga mereka sudah mampu berpikir secara abstrak. Anak dalam usia ini sudah mampu menerima cerita tentang perumpamaan.

Sebagai tenaga pengajar, penting sekali bagi kita untuk mengetahui perkembangan kognitif anak. Dengan mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak, kita menjadi lebih efisien dalam menyampaikan Firman serta anak juga dapat lebih mudah mengerti pesan kebenaran yang ingin kita sampaikan.

Comments

Popular posts from this blog

Keselamatan dan Pertobatan

Beberapa waktu lalu saya mengikuti kelas pelayanan anak dan pada hari itu kami membahas tentang penginjilan pada anak. Dalam kelas ini, saya dan teman-teman belajar salah satu teknik penginjilan anak, yakni menggunakan buku tanpa kata. Buku ini unik sekali, tanpa kata, tanpa gambar, hanya warna. Namun, yang menjadi daya tariknya adalah tiap warna buku ini memiliki cerita yang membawa anak dapat mengenal lebih dalam mengenai Kristus sebagai satu-satunya pribadi yang dapat menyelamatkan. Melihat hal ini, saya pun menjadi tertarik untuk menceritakan salah satu momen penting dalam hidup saya, yaitu momen di mana saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Source: churchleaders.com Sesungguhnya saya tak begitu ingat pasti kapan pertama kali menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Seingat saya, dulu waktu di Sekolah Minggu pernah mengikuti sebuah acara dan dalam acara tersebut, terdapat calling . Pembicara menantang semua anak yang mengikuti acara...

Mengenal Kecerdasan Anak

Sebagai orang dewasa, kerap kali kita memiliki paradigma bahwa anak yang baik adalah anak yang diam dan tenang. Ketika ada anak yang bertindak aktif bahkan sangat aktif, seringkali  kita menganggap anak tersebut nakal. Kita kerap kali lupa bahwa setiap anak spesial. TIdak semua anak memiliki karakter yang sama dan kecerdasan yang sama. Oleh sebab itu, penting bagi kita, sebagai tenaga pengajar anak untuk memahami kecerdasan anak, salah satunya dengan mengenal multiple intelligence .  https://safitrinurahmi.wordpress.com Multiple intelligence atau dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi kecerdasan majemuk, merupakan sebuah teori yang ditemukan oleh Howard Gardner. Teori ini memaparkan cara seseorang dalam menghadapi masalah atau menjalani kehidupannya. Teori ini juga, menganalisa bagaimana seseorang menghasilkan karya serta gaya belajarnya. Tujuan mengetahui kecerdasan majemuk ini adalah agar lebih maksimal dalam belajar ataupun bekerja.  Adapun beberapa conto...

Peran Orang Tua dalam Pertumbuhan Spiritual Anak

Pelayanan anak sangat identik dengan Sekolah minggu. Pelayanan anak pun kerap kali dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai ajang dimana para orang tua berlomba-lomba untuk menitipkan anak-anak mereka sementara mereka beribadah. Hal tersebut diperburuk dengan langkanya tenaga pengajar yang benar-benar berfokus kepada pelayanan anak yang sesuai dengan ajaran Kristus. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya orang yang menganggap sepele dan menganggap pelayanan anak ini sebagai hal yang remeh temeh. Ada juga orang yang menganggap pelayanan anak ini tidak penting. Banyak orang dewasa menganggap anak-anak tidak memerlukan bahkan tidak memiliki kehidupan spiritual. Source: https://www.christiethomaswriter.com/kids-ideas-blog/how-to-hear-from-god-listening-prayer-for-kids/ Begitupun dengan orang tua, mereka kerap kali merasa tidak lagi “bertanggung jawab” atas pendidikan spiritual anak-anak karena anak sudah mengikuti sekolah minggu. Orang tua menganggap bahwa kebutuhan-kebut...